Majalah Al-Ittihad

Menciptakan Kemandirian Pesantren Menuju Ranah Industri

Oleh : Ismawati *)<br />
<br />
Bagi kalangan muslim, Islam secara mutlak diyakini sebagai agama yang diridhoi Allah, nan sempurna lagi abadi. Ajaran Islam banyak dijumpai dan disebarkan melalui lembaga pesantren. Sebagai lembaga yang dirintis oleh para ulama, pesantren merupakan tempat dimana para santri mendapatkan gemblengan ilmu agama dari sang kyai. Kebutuhan yang dibutuhkan tidak hanya untuk spiritual jiwa rohani semata, tetapi juga kekuatan jiwa raga. Hal itu merupakan wujud persiapan mental diri mendapatkan sebelum mendapatkan ilmu.<br />
Setiap pesantren memiliki ciri khas dan makna tersirat yang menyimpan nilai filosofis sangat tinggi. Adapun ragam budaya, bahasa, amalan-amalan dan norma untuk mengatur kehidupan adalah hal yang identik dengan lembaga yang biasa disebut penjara suci ini. Pada dasarnya lembaga pesantren memiliki banyak hubungan yang sinkron dengan sifat kemandirian. Karena pada hakekatnya kemandirian adalah hal yang mampu memberikan pengaruh baik sesuai konteksnya.<br />
<br />
Pesantren dan sifat kemandirian adalah simpul yang saling mengikat. Sebab dipandang secara dhohiriyah, pesantren memiliki andil dan peran sangat besar sebagai sub pendidikan dan pembangunan sosial kultural di Indonesia. Di Indonesia, kata pesantren sudah tidak lagi asing di telinga masyarakat.  Selama ini pesantren dikenal sering menciptakan terobosan baru dengan membentuk organisasai internal membnatu perkembangannya. Pembentukan dilakukan baik secara struktural maupun non-struktural.<br />
<br />
Pengelolaan lembaga pesantren dengan mengintegralkan beberapa upaya penunjang pembelajaran ilmu-ilmu pesantren. Faktor penunjang itu yang akan mampu mengtransformasikan pesantren yang mandiri ke dalam sebuah ‘industri’. Tentu saja, ‘isndustri’ di sini bermakna konteks pesantren. Di sini, penulis ingin memaparkan terlebih dahulu bagaimana bisa tercipta sebuah kemandirian pesantren. Lalu, hal apa yang bisa dilakukan untuk menciptakan kemandirian pesantren.<br />
<br />
Kemandirian sendiri dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) memiliki pengertian keadaan dapat berdiri sendiri tanpa ketergantungan orang lain. Pesantren, adakalanya memiliki dua sifat layaknya manusia, yakni sosial dan individu.<br />
<br />
Namun, dalam konteks ini sifat individulah yang lebih pas dan dominan. Pesantren bersifat individu atau mandiri karena inisiatif dari lembaga pesantren atau yayasan yang biasanya menaunginya. Misalnya, untuk mengembangkan kelajuan kurikulum atau perekonomian maka dilakukan berbagai upaya. Menurut Moh Arifin Purwakanata , direktur institut inovasi sosial indonesia, pemberdayaan ekonomi pesantren dapat dilakukan dengan berbagai upaya seperti dalam bentuk pengelolaan Kopontren (Koperasi Pondok Pesantren). Dalam pandangan ini, koperasi pondok pesantren bisa dimanfaatkan untuk mendukung pembiayaan operasional pesantren baik untuk pembiayaan makan santri  maupun memenuhi misi dan visi pendidikan.<br />
<br />
Menurut pandangan penulis, ada tiga macam unsur terkait kemandirian dalam konteks pesantren. Pertama, kemandirian financial. Kemandirian ini secara riil meliputi semua biaya operasianal pesantren dari pihak pesantren sendiri. Selain mengelola koperasi pondok pesantren, biaya operasional pesantren tentu sangat mungkin bisa didapatkan dari program lainnya. Misalnya, pengolahan lahan sawah milik kyai atau yayasan. Selain itu, pesantren juga bisa menarik infaq.<br />
<br />
Banyak yang bisa dialokasikan dari aspek kemandirian financial dalam konteks pesantren. Beberapa diantaranya bisa dialokasikan untuk penyediaan fasilitas, sarana prasarana, gaji pengajar atau ustadz. Semua itu bisa dipenuhi dari berbagai kegiatan yang dilakukan pesantren, seperti Kopontren dan pengelolaan lahan.<br />
<br />
Kedua, kemandirian kurikulum. Kemandirian kurikulum dalam pesantren dapat diciptakan melalui rangkaian kegiatan pembelajaran yang mengarah pada education, seperti adanya program bidikmisi Tahfidzul Qur’an yang dilaksnakan oleh pemerintah untuk santri berprestasi. Selama ini pesantren telah berhasil menciptakan kurikulum sendiri tanpa harus dibantu oleh pemerintah. Pengurus pesantren, secara turun temurun telah mampu menciptakan konsep pemeblajaran melalui beberapa tingkatan. Misalnya, kajian kitab Taqrib yang membahas persoalan Fiqh biasanya diberikan untuk santri di kelas awal. Namun untuk santri yang lebih senior akan diberikan kajian Fiqh dalam kitab Fatqul Qorib yang penjabarannya lebih komprehensif. Ini yang bisa disebut sebagai kemandirian pesantren di bidang kurikulum.<br />
<br />
Ketiga, kemandirian sosial. Kemandirian ini mencangkup diselenggerakannya kegiatan yang bersifat kemasyarakatan sebagai bagian dari aktualisasi ilmu yang sudah dipelajati santri. Tolak ukur atau indikator dari kemandirian ini cukup beragam, seperti peringatan maulid rosul dengan masyarakat serta pawai bertemakan sosial yang juga melibatkan masyarakat. Adanya budaya gotong royong yang begitu melekat di kalangan santri juga bisa dijadikan sebagai salah satu acuan kemandirian sosial bagi pesantren. Sebagai contoh, bagi seorang santri tentu tidak tabu dengan istilah ro’an. Ro’an adalah kerja bakti yang dialkuakn oleh seluruh santri dalam mengerjakan suatu hal. Pesantren tidak pernah lepas dari sikap kebersamaan yang begitu kental. Ini yang menurut penulis salah satu wujud riil kemandirian sosial pesantren.<br />
<br />
Selain hal di atas, dalam pandangan lainnya kemandirian bisa mencakup atas keserasian dan kesinkronan dari tiga unsur, yakni kognitif (ilmu), afektif (moral) dan psikomotorif (amal). Ketiga aspek itu, pada praktiknya juga sangat berkaitan erat dengan sifat kemandirian pesantren. Selama ini alur ilmu-moral-amal sudah dijalankan secara berkesinambungan di pesantren. Santri diwajibkan belaja ilmu. Santri juga diwajibkan memiliki moral dari ilmu yang didapatnya itu. Serta santri pun juga diwajibkan mengamalkan ilmu yang didapatnya itu, Karena, ilmu tanpa amal bagaikan pohon tanpa buah.<br />
<br />
Dari uraian di atas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa pesantren dan sifat kemandirian sangat berkaitan erat, bagai simpul yang saling mengikat. Kemandirian berpotensi besar dimiliki oleh setiap pesantren. Sebab, selama ini pesantren sudah menjalankan dan menciptakan kemandirian di bidang financial, kurikulum serta sosial. Hanya saja, bisa jadi sebagian diantaranya belum tertata secara baik dan terprogram. Hal itulah yang berpotensi membawa pesantren sebagai sebuah ‘industri’. ‘Industri; positif sesuai dengan konteks pesantren, mengajarkan ilmu, moralitas keilmuan sekaligus mengamalkannya. Ini justru menjadi ‘industri’ yang tak ternilai bagi pembangunan nasional yang dimulai dari daerah.<br />
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaMLvyNSZ8UcaFO14e_uaSLek5-yIqWZNSSAYA74HpVkKVcJcKjEgXx7UdfZQJuCceC-oQbyLhbBg3N_dsFvW3O-PIyLAOEsK8T7-crJovo6Pup9i5T0hCoocyniYERVRzIZBDeMRPKTQ/s1600/Copy+of+Ismawati.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaMLvyNSZ8UcaFO14e_uaSLek5-yIqWZNSSAYA74HpVkKVcJcKjEgXx7UdfZQJuCceC-oQbyLhbBg3N_dsFvW3O-PIyLAOEsK8T7-crJovo6Pup9i5T0hCoocyniYERVRzIZBDeMRPKTQ/s200/Copy+of+Ismawati.JPG" width="133" /></a>*) Penulis adalah santri Ponpes Nahdlatut Tholibin al-Islamiyyin Kebonharjo Jatirogo, peserta kelas menulis Al-Ittihad.<br />
<div>
<br /></div>

Menciptakan Kemandirian Pesantren Menuju Ranah Industri

Oleh : Ismawati *) Bagi kalangan muslim, Islam secara mutlak diyakini sebagai agama yang diridhoi Allah, nan sempurna lagi abadi. Ajaran I...

Baca selengkapnya »

9/12/2016 12:11:00 PM

Sesajen, Antara Budaya dan Penyelewengan

Oleh : Siti Roidah *)<br />
<br />
Tidak asing lagi bagi mayoritas masyarakat jawa tentang sesajen. Sesajen selama ini sudah dianggap sangat berkaitan dengan hal yang bersifat mistis. Sebenarnya, sesajen merupakan warisan budaya Hindhu dan Budha yang dulu biasa dibuat dan dipersembahkan untuk memuja para dewa, roh tertentu atau penunggu tempat (pohon, batu, persimpangan). Mereka melakukan itu agar dapat mendapatkan keuntungan dan menolak kesialan. Misalnya, pada saat upacara menjelang panen, masyarakat Jawa kuno membuat sesajen agar panennya melimpah.<br />
<br />
Sebenarnya, jika dikaji lebih dalam, pada awalnya kaum jin itu takut pada manusia, sebagaimana manusia sekarang ini yang kebanyakan justru takut pada jin. Seperti sebuah cerita, apabila rombongan manusia berhenti di satu tempat di mana para jin itu menghuni tempat tersebut, maka para jin  akan berlarian ketakutan membubarkan diri. Mereka hanya berani mengamati dari jauh apa yang akan dilakukan oleh rombongan manusia itu.<br />
<br />
Para jin justru tercengang ketika pemimpin rombongan manusia itu berseru bahwa mereka (para rombongan manusia) meminta perlindungan pada jin dari berbagai bahaya dan kejahatan yang ada di lembah itu. Kemudian para jin mendekati manusia dan mulai berani mendatangkan berbagai gangguan pada mereka<br />
<br />
Di antara jin itu ada yang berhasil masuk ke tubuh salah satu orang dari rombongan itu, kemudian dia mulai mengatur bahwa dia lah penguasa daerah itu. Ia akan melindungi rombongan tersebut asalkan mau memberi tumbal atau korban berupa sesajen. Rombongan manusia itu percaya pada jin yang masuk ke tubuh orang tersebut. Mereka mulai menuruti semua permintaan jin tersebut, mulai dari menyembelih ayam cemani, menamam kepala kerbau, menyuguhkan bunga tujuh rupa dan lain sebagainya. Inilah cerita singkat asal muasal adanya sesajen diseluruh pelosok bumi.<br />
<br />
Di Indonesia, ritual sesajen seperti itu masih banyak didapati dalam rangka minta keselamatan dan perlindungan dari jin penguasa suatu daerah. Misalnya dalam rangka sedekah bumi, pernikahan, khitanan, kelahiran bayi, dan lain sebagainya. Atau dapat juga dilakukan ketika hendak membangun rumah, jembatan, atau bangunan lainnya. Para petani juga ada yang memberikan sajen ke sawah agar panennya banyak. Selain petani, nelayan di tepi pantai juga sering memberikan sesaji ke laut agar tangkapan ikan melimpah.<br />
Di luar itu, juga masih banyak daerah dan adat istiadat masyarakat yang melakukan kegiatan atau ritual sesaji. Mereka memberikan persembahan berupa kurban hewan, sesaji, makanan, buah-buahan bagi sosok yang dianggap sebagai penguasa ghaib daerah itu. Biasanya, sesajen dilengkapi dengan berbagai macam makanan seperti buah pisang, apel dan lain sebagainya. Kadang, sesajen juga diberi kembang tujuh rupa, kendil, dan sedikit beras. Penulis yakin, semua isi sesajen tersebut dulunya pada zaman Hindu Budha memiliki nilai filosofi tersendiri.<br />
<br />
Masyarakat Jawa sejak dahulu percaya, dengan roh-roh yang tidak kelihatan. Mereka percaya bahwa roh-roh itu akan melindungi keselamatan mereka. Orang Jawa memberi sesajen atau ‘caos dahar’ yang dipercaya menjauhkan kejadian-kejadian yang tidak diinginkan dan mempertahankan batin dalam keadaan tenang. Sesajen yang digunakan biasanya dari nasi dan aneka makanan lain, daun-daun bunga serta kemenyan.<br />
<br />
Pada jaman Jawa kuno, masyarakat Jawa menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Yang terjadi sebenarnya saat itu adalah sebagian masyarakat Jawa saat telah memiliki kepercayaan adanya kekuatan yang bersifat tak terlihat (ghaib), besar, dan menakjubkan. Mereka menaruh harapan agar mendapat perlindungan dan juga berharap agar tidak diganggu kekuatan gaib yang jahat (roh jahat).<br />
Sesajen ini memiliki nilai yang sangat sakral bagi pandangan masyarakat yang mempercayainya. Tujuan dari pemberian sesajen ini untuk mencari berkah. Pemberian sesajen ini biasanya dilakukan di tempat-tempat yang dianggap keramat dan mempunyai nilai mistis yang tinggi.<br />
<br />
Sesajen merupakan keharusan yang pasti ada dalam setiap acara bagi orang yang masih teguh memegang adat Jawa. Sesajen mengandung arti pemberian sesajian-sesajian sebagai tanda penghormatan atau rasa syukur terhadap semua yang terjadi di masyarakat sesuai bisikan gaib, paranormal atau tetuah-tetuah. Sebagian masyarakat membuat seasajen bukan hanya ketika mengalami kesusahan saja, melainkan juga ketika mereka mengalami kebahagiaan atau mendapat kenikmatan. Hal itu dilakukan untuk menolak balak dan melanggengkan kenikmatan yang dianggap telah diberikan oleh para roh leluhur.<br />
<br />
Dari berbagai pandangan di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa sesajen merupakan warisan budaya denagn tujuan untuk memuja para dewa, jin serta roh tertentu. Pemujaan terhadap jin, ataupun roh tersebut bertujuan untuk melindungi diri dari berbagai mara bahaya yang akan datang. Dapat diketahui bahwa Jin mulai berani mendatangkan berbagai gangguan pada manusia ketika para umat manusia meminta perlindungan kepada para jin. Kemudian para jin meminta persembahan berupa tumbal atau sesajen. Sebagain masyarakat mempercayai sesajen akan menambah rizki mereka. Oleh karena itu, ketika para petani di Jawa akan panen banyak dari mereka yang membuat sesajen di sawah. Pandangan mereka tentang sesajen begitu kental kepercayaanya, hingga beberapa tempat dianggap sebagai lokasi yang mempunyai nilai mistis. Banyak yang percaya akan adanya hal-hal mistis seperti itu. Namun begitu, seabgian besar tidak percaya dan menganggap itu semua tergantung pada masing-masing keyakinan manusia.<br />
<br />
Jika dikaitkan dengan agama, tentu tidak lah benar bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini merupakan kehendak jin atau makhluk penunggu tempat tertentu. Semua sudah digariskan dan diatur oleh Allah, sang maha pencipta. Hanya saja, lantaran pada saat zaman Hindu dan Budha, Islam belum tersyiar, maka masyarakat yang sebenarnya pecaya ada kekuatan di lur mereka yang lebih berkehendak meminta pelrindungan para jin. Jika saja, saat itu ajaran Islam sudah masuk dan mengenatl di tengah masyarakat, maka kemungkinan besar budaya sesajen tidak akan pernah ada. Tentu, saja juga tidak serta merta budaya pemberian sesajen itu dilarang secara keras. Lebih bijak menurut penulis, hal itu bsia lebih ditekankan kepada kepentingan budaya. Sehingga ketika melaksanakan kegiatan yang bersifat sesajen itu lebih kepada mengingatnya sebagai sebuah budaya, bukan yang lain. Untuk segala permintaan dan doa semuanya harus ditujukan kepada Allah yang maha esa. Wallahu a’lam<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJNI5eoShefVbiaAr8nnIsV39dsSDSyTdoYYuP7N4Y8n3gg-Di7ygKN0lpudt0Z2P4Dd_scg082cCsa5HGInwBU2HCjJu2tX6MhchWYV9mBTl5V0PGytbg9cBJqZi721bCut2uN2vnuU4/s1600/Copy+of+Siti+Roidah.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJNI5eoShefVbiaAr8nnIsV39dsSDSyTdoYYuP7N4Y8n3gg-Di7ygKN0lpudt0Z2P4Dd_scg082cCsa5HGInwBU2HCjJu2tX6MhchWYV9mBTl5V0PGytbg9cBJqZi721bCut2uN2vnuU4/s200/Copy+of+Siti+Roidah.JPG" width="133" /></a><br />
*) Penulis adalah siswa kelas XI MA Unggulan Ulumiyyan Kebonharjo, peserta kelas menulis Al-Itihad.<br />
<div>
<br /></div>

Sesajen, Antara Budaya dan Penyelewengan

Oleh : Siti Roidah *) Tidak asing lagi bagi mayoritas masyarakat jawa tentang sesajen. Sesajen selama ini sudah dianggap sangat berkaitan ...

Baca selengkapnya »

9/12/2016 11:29:00 AM

Sukses berkat berternak ayam petelur

<br>
<div align="center" class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 1.0cm; text-align: center; text-indent: -1.0cm;">
<span lang="IN" style="font-family: Ravie; font-size: 20.0pt; mso-ansi-language: IN;">Sukses berkat berternak ayam petelur</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZJZibnDAYSUxgI8pkJbW4klq0IJxtdyQN-sqPutWFFzOoVaGIszMQCzKLTgXxWEOv94oIeydpmzPion7nyCRGWxt0Yza6UXjey9aZUWTnpQceN2-lOOiUt8do546WEg2FDn_a3n6j_1o/s1600/part3.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZJZibnDAYSUxgI8pkJbW4klq0IJxtdyQN-sqPutWFFzOoVaGIszMQCzKLTgXxWEOv94oIeydpmzPion7nyCRGWxt0Yza6UXjey9aZUWTnpQceN2-lOOiUt8do546WEg2FDn_a3n6j_1o/s1600/part3.jpeg"></a></div>
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">AL-ITTIHAD,EDISI<span style="mso-spacerun: yes;"> 
</span>9<a href="https://www.blogger.com/null" name="_GoBack"></a> –diujung desa Keboharjo tempatnya didusun Krajan
terdapat peternak ayam petelur yang sukses ia bernama <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>H.Nur hamid<b>, </b>awalnya ia dari kecil
sudah bercita-cita menjadi peternak ayam petelur yang sukses, ia memulai
karirnya setelah menikah dan ia mendapat bantuan tanah dari orang tuanya, kemudian
tanah<span style="mso-spacerun: yes;">  </span>itu digunakan untuk kandang ayam.</span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"> </span></div>
</div>

Sukses berkat berternak ayam petelur

Sukses berkat berternak ayam petelur AL-ITTIHAD,EDISI 9 –diujung desa Keboharjo tempatnya didusun Krajan terdapat peternak ay...

Baca selengkapnya »

3/15/2014 05:27:00 PM

PERKEMBANGAN PESANTREN DI LUAR NEGERI

<br>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="font-size: 20.0pt; mso-ansi-language: IN;">PERKEMBANGAN PESANTREN DI LUAR NEGERI<a href="https://www.blogger.com/null" name="_GoBack"></a></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN;">Hallo sobat Al-ittihad, bagaimana
kabar <i>antum</i>?, baik-baik sajakan. Kemarin siang (15/2) <i>crew</i> <i>Al</i>-<i>ittihad</i>
telah berhasil mewancarai guru kita, yang sudah berpengalaman mengenai luar
negeri, siapa lagi kalau bukan, K.H. Hafidz kalamillah yang biasa kita sapa gus
Hafidz itu. </span><span style="font-size: 16.0pt;">Kita telah reportase dengan
gus </span><span lang="IN" style="font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN;">H</span><span style="font-size: 16.0pt;">afidz mengenai perkembangan pesantren diluar neg</span><span lang="IN" style="font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN;">e</span><span style="font-size: 16.0pt;">ri,</span><span lang="IN" style="font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN;"> b</span><span style="font-size: 16.0pt;">eliau berpendapat
bahwa pondok pesantren diluar negri memang masih eksis dis</span><span lang="IN" style="font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN;">eb</span><span style="font-size: 16.0pt;">agian Negara</span><span lang="IN" style="font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN;">,</span><span lang="IN" style="font-size: 16.0pt;"> </span><span style="font-size: 16.0pt;">karena kentalnya <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Thariqah</i>,
sampai</span><span style="font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN;"> </span><span style="font-size: 16.0pt;">kapanpun </span><span lang="IN" style="font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN;">yang namanya pondok pesantren itu <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tidak akan pernah pudar .</span></div>
</div>

PERKEMBANGAN PESANTREN DI LUAR NEGERI

PERKEMBANGAN PESANTREN DI LUAR NEGERI Hallo sobat Al-ittihad, bagaimana kabar antum ?, baik-baik sajakan. Kemarin siang (15/2) cre...

Baca selengkapnya »

3/15/2014 05:01:00 PM

PESANTREN MEMBAWA BANYAK BERKAH

<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 8.0cm; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: 233.9pt; text-indent: -177.15pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Kristen ITC"; font-size: 14pt; letter-spacing: 2pt;">PESANTREN MEMBAWA BANYAK BERKAH</span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 20pt; letter-spacing: 2pt;"><span style="mso-spacerun: yes;">    </span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 24pt; letter-spacing: 2pt;"><span style="mso-spacerun: yes;">             </span></span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Lucida Handwriting"; font-size: 9pt;"> </span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 8.0cm; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: 233.9pt; text-indent: -177.15pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Lucida Handwriting"; font-size: 9pt;">                                            OLEH: AL-Azkhah</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 8.0cm; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: 233.9pt; text-indent: -177.15pt;">
<br></div>
<blockquote class="tr_bq">
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 49.65pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: center; text-indent: 1.0cm;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span style="mso-tab-count: 1;">        </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 16.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“</span><i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Di sebuah desa terpencil di wilayah
daerah Ronggolawe Tuban berdirilah pesantren salaf yang mengajarkan keagamaan,
AL-Qur’an sebagai pedoman dan AL-Hadist sebagai sunnah Nabi. Dengan kiyai yang
bersungguh-sungguh mengamalkan ilmu-ilmunya demi santrinya beliau rela
mengeluarkan apapun, akan tetapi hasilnya juga sangat memuaskan, semua santri
dengan giat dan semangat mengikuti kegiatan yang ada di pesantren.</span></i><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">”</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"></span></div>
</blockquote>
</div>
<i style="color: black;"><span lang="IN" style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 16.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"></span></i></div>

PESANTREN MEMBAWA BANYAK BERKAH

PESANTREN MEMBAWA BANYAK BERKAH OLEH: AL-Azkhah “ Di se...

Baca selengkapnya »

3/12/2014 04:50:00 PM

SAHABAT DALAM SUKA MAUPUN DUKA

<br>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: center;">
<br></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: center;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="color: #95b3d7; font-size: 14.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-themecolor: accent1; mso-themetint: 153; text-transform: uppercase;">SAHABAT DALAM SUKA
MAUPUN DUKA</span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="color: #95b3d7; font-size: 14.0pt; mso-themecolor: accent1; mso-themetint: 153; text-transform: uppercase;"></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: center;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="color: #00b0f0; font-family: "Lucida Handwriting"; font-size: 9.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; text-transform: uppercase;">OLEH: AGUSTN Y.D.</span></b><br>
<br></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-left: 14.15pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-indent: 21.3pt;">
<span lang="IN" style="color: #4f81bd; font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ansi-language: IN; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-themecolor: accent1;">     Disebuah desa kecil
hidup bidadari cantik bernama Shava Azahra. Semenjak kepergian orang tuanya,
Shava terpaksa tidak melanjutkan sekolahnya. Dia hanya hidup bersama sang nenek
tercinta, Shava tetap berjuang agar bisa membahagiakan nenek. Tiap hari Shava
membantu nenek berjualan sayur mengekeliling desa, walaupun tak banyak
penghasilan yang mereka dapatkan, tetapi mereka tetap bangkit dengan apa yang
di dapatkannya itu.</span></div>
</div>

SAHABAT DALAM SUKA MAUPUN DUKA

SAHABAT DALAM SUKA MAUPUN DUKA OLEH: AGUSTN Y.D. Disebuah desa kecil hidup bidadari cantik bernama Shava Azahra. Semenjak k...

Baca selengkapnya »

3/12/2014 04:01:00 PM

Demi Kemanusiaan, 30 Santri Korbankan Darah

<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRvdjyZlAxoliy_YqG3Yv0lQ0DDFRsk-alAoqaJgsxuxrv9p81gC-4c3JkhCQMQrfCZebrxNT99Sk2fqif4j0cqy-t7jV39HQqJgpCK9iGa-vcbRG4u7dvctNwAmY7NeNE5UBpccbg2xc/s1600/IMG_9713.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="265" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRvdjyZlAxoliy_YqG3Yv0lQ0DDFRsk-alAoqaJgsxuxrv9p81gC-4c3JkhCQMQrfCZebrxNT99Sk2fqif4j0cqy-t7jV39HQqJgpCK9iGa-vcbRG4u7dvctNwAmY7NeNE5UBpccbg2xc/s400/IMG_9713.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Salah seorang guru MTs Ulumiyyah bepartisipasi dalam donor darah<br />
(Foto : Bledeg)</td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">MajalahAlittihad
– </span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Sebanyak tiga puluh orang yang terdiri dari santri, wali santri dan
alumni Pondok Pesantren Nahdlatuth Tholibin Al-Islamiyyin (PP NTI) Kebonharjo,
Selasa (14/1) siang mendonorkan darah mereka melalui PMI Tuban. Selain dalam
rangka peringatan Maulid Nabi Muhammad serta Haul KH Rifdlwan yang ke-32, acara
yang bertempat di halaman PP NTI, itu juga digelar demi rasa kemanusiaan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">M
Gufron, salah seorang panitia mengatakan<b>, </b>kalangan santri, terutama PP
NTI siap berpartisipasi aktif dalam mengatasi kelangkaan stok darah PMI yang
akhir-akhir ini sering terjadi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">“Kami
selalu siap membantu PMI untuk mengatasi kekuranga stok darah. Bahkan, lain
waktu kami siap menggelar acara serupa. Ini demi rasa kemanusiaan,” ungkapnya
kepada reporter Al-Ittihad.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Gufron
menilai antusiasme santri, wali santri dan alumni PP NTI dalam mendonorkan
darah mereka cukup tinggi. Bahkan, menurutnya bisa saja lebih dari 30 kantong
darah dikumpulkan andai saja santri yang lain tidak sibuk menyiapkan acara
pengajian.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">“Anda
lihat sendiri, bukan hanya santri dan alumni, bahkan wali santri PP NTI dan MTs
Ulumiyyah yang merupakan satu yayasan dengan kami pun juga banyak yang ikut
donor. Ini luar biasa dan cukup baik untuk dilestarikan,” imbuh M Gufron.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Sementara
itu, Agus, seorang petugas dari PMI Tuban menyampaikan rasa terima kasih atas
antusiame santri dan alumni PP NTI yang berkenan mendonorkan darah mereka.
Jumlah kantong darah yang terkumpul menurutnya sudah cukup membantu menambah
stok darah di PMI Tuban.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">“Terima
kasih, ini sudah cukup membantu stok darah kami” katanya singkat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Abdullah
Luthfi, seorang alumni berharap, acara ini bisa kembali dilaksanakn bukan hanya
saat momen maulid ataupun haul saja. Pada momen lain pun menurutnya acara
seperti ini layak untuk kembali digelar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">“Acara
tepat dan dilaksanakan pada momen yang tepat pula. Mudah-mudahan, di lain
kesempatan lebih banyak lagi santri yang mau mendonorkan darah,” cetusnya. <b>(Red)</b><o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>

Demi Kemanusiaan, 30 Santri Korbankan Darah

Salah seorang guru MTs Ulumiyyah bepartisipasi dalam donor darah (Foto : Bledeg) MajalahAlittihad – Sebanyak tiga puluh orang yang ...

Baca selengkapnya »

1/15/2014 02:57:00 PM