Oleh : Siti Roidah *)

Tidak asing lagi bagi mayoritas masyarakat jawa tentang sesajen. Sesajen selama ini sudah dianggap sangat berkaitan dengan hal yang bersifat mistis. Sebenarnya, sesajen merupakan warisan budaya Hindhu dan Budha yang dulu biasa dibuat dan dipersembahkan untuk memuja para dewa, roh tertentu atau penunggu tempat (pohon, batu, persimpangan). Mereka melakukan itu agar dapat mendapatkan keuntungan dan menolak kesialan. Misalnya, pada saat upacara menjelang panen, masyarakat Jawa kuno membuat sesajen agar panennya melimpah.

Sebenarnya, jika dikaji lebih dalam, pada awalnya kaum jin itu takut pada manusia, sebagaimana manusia sekarang ini yang kebanyakan justru takut pada jin. Seperti sebuah cerita, apabila rombongan manusia berhenti di satu tempat di mana para jin itu menghuni tempat tersebut, maka para jin  akan berlarian ketakutan membubarkan diri. Mereka hanya berani mengamati dari jauh apa yang akan dilakukan oleh rombongan manusia itu.

Para jin justru tercengang ketika pemimpin rombongan manusia itu berseru bahwa mereka (para rombongan manusia) meminta perlindungan pada jin dari berbagai bahaya dan kejahatan yang ada di lembah itu. Kemudian para jin mendekati manusia dan mulai berani mendatangkan berbagai gangguan pada mereka

Di antara jin itu ada yang berhasil masuk ke tubuh salah satu orang dari rombongan itu, kemudian dia mulai mengatur bahwa dia lah penguasa daerah itu. Ia akan melindungi rombongan tersebut asalkan mau memberi tumbal atau korban berupa sesajen. Rombongan manusia itu percaya pada jin yang masuk ke tubuh orang tersebut. Mereka mulai menuruti semua permintaan jin tersebut, mulai dari menyembelih ayam cemani, menamam kepala kerbau, menyuguhkan bunga tujuh rupa dan lain sebagainya. Inilah cerita singkat asal muasal adanya sesajen diseluruh pelosok bumi.

Di Indonesia, ritual sesajen seperti itu masih banyak didapati dalam rangka minta keselamatan dan perlindungan dari jin penguasa suatu daerah. Misalnya dalam rangka sedekah bumi, pernikahan, khitanan, kelahiran bayi, dan lain sebagainya. Atau dapat juga dilakukan ketika hendak membangun rumah, jembatan, atau bangunan lainnya. Para petani juga ada yang memberikan sajen ke sawah agar panennya banyak. Selain petani, nelayan di tepi pantai juga sering memberikan sesaji ke laut agar tangkapan ikan melimpah.
Di luar itu, juga masih banyak daerah dan adat istiadat masyarakat yang melakukan kegiatan atau ritual sesaji. Mereka memberikan persembahan berupa kurban hewan, sesaji, makanan, buah-buahan bagi sosok yang dianggap sebagai penguasa ghaib daerah itu. Biasanya, sesajen dilengkapi dengan berbagai macam makanan seperti buah pisang, apel dan lain sebagainya. Kadang, sesajen juga diberi kembang tujuh rupa, kendil, dan sedikit beras. Penulis yakin, semua isi sesajen tersebut dulunya pada zaman Hindu Budha memiliki nilai filosofi tersendiri.

Masyarakat Jawa sejak dahulu percaya, dengan roh-roh yang tidak kelihatan. Mereka percaya bahwa roh-roh itu akan melindungi keselamatan mereka. Orang Jawa memberi sesajen atau ‘caos dahar’ yang dipercaya menjauhkan kejadian-kejadian yang tidak diinginkan dan mempertahankan batin dalam keadaan tenang. Sesajen yang digunakan biasanya dari nasi dan aneka makanan lain, daun-daun bunga serta kemenyan.

Pada jaman Jawa kuno, masyarakat Jawa menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Yang terjadi sebenarnya saat itu adalah sebagian masyarakat Jawa saat telah memiliki kepercayaan adanya kekuatan yang bersifat tak terlihat (ghaib), besar, dan menakjubkan. Mereka menaruh harapan agar mendapat perlindungan dan juga berharap agar tidak diganggu kekuatan gaib yang jahat (roh jahat).
Sesajen ini memiliki nilai yang sangat sakral bagi pandangan masyarakat yang mempercayainya. Tujuan dari pemberian sesajen ini untuk mencari berkah. Pemberian sesajen ini biasanya dilakukan di tempat-tempat yang dianggap keramat dan mempunyai nilai mistis yang tinggi.

Sesajen merupakan keharusan yang pasti ada dalam setiap acara bagi orang yang masih teguh memegang adat Jawa. Sesajen mengandung arti pemberian sesajian-sesajian sebagai tanda penghormatan atau rasa syukur terhadap semua yang terjadi di masyarakat sesuai bisikan gaib, paranormal atau tetuah-tetuah. Sebagian masyarakat membuat seasajen bukan hanya ketika mengalami kesusahan saja, melainkan juga ketika mereka mengalami kebahagiaan atau mendapat kenikmatan. Hal itu dilakukan untuk menolak balak dan melanggengkan kenikmatan yang dianggap telah diberikan oleh para roh leluhur.

Dari berbagai pandangan di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa sesajen merupakan warisan budaya denagn tujuan untuk memuja para dewa, jin serta roh tertentu. Pemujaan terhadap jin, ataupun roh tersebut bertujuan untuk melindungi diri dari berbagai mara bahaya yang akan datang. Dapat diketahui bahwa Jin mulai berani mendatangkan berbagai gangguan pada manusia ketika para umat manusia meminta perlindungan kepada para jin. Kemudian para jin meminta persembahan berupa tumbal atau sesajen. Sebagain masyarakat mempercayai sesajen akan menambah rizki mereka. Oleh karena itu, ketika para petani di Jawa akan panen banyak dari mereka yang membuat sesajen di sawah. Pandangan mereka tentang sesajen begitu kental kepercayaanya, hingga beberapa tempat dianggap sebagai lokasi yang mempunyai nilai mistis. Banyak yang percaya akan adanya hal-hal mistis seperti itu. Namun begitu, seabgian besar tidak percaya dan menganggap itu semua tergantung pada masing-masing keyakinan manusia.

Jika dikaitkan dengan agama, tentu tidak lah benar bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini merupakan kehendak jin atau makhluk penunggu tempat tertentu. Semua sudah digariskan dan diatur oleh Allah, sang maha pencipta. Hanya saja, lantaran pada saat zaman Hindu dan Budha, Islam belum tersyiar, maka masyarakat yang sebenarnya pecaya ada kekuatan di lur mereka yang lebih berkehendak meminta pelrindungan para jin. Jika saja, saat itu ajaran Islam sudah masuk dan mengenatl di tengah masyarakat, maka kemungkinan besar budaya sesajen tidak akan pernah ada. Tentu, saja juga tidak serta merta budaya pemberian sesajen itu dilarang secara keras. Lebih bijak menurut penulis, hal itu bsia lebih ditekankan kepada kepentingan budaya. Sehingga ketika melaksanakan kegiatan yang bersifat sesajen itu lebih kepada mengingatnya sebagai sebuah budaya, bukan yang lain. Untuk segala permintaan dan doa semuanya harus ditujukan kepada Allah yang maha esa. Wallahu a’lam

*) Penulis adalah siswa kelas XI MA Unggulan Ulumiyyan Kebonharjo, peserta kelas menulis Al-Itihad.

1 komentar Blogger 1 Facebook

  1. ASSALAMU ALAIKUM.WR.WB.. SAYA TERMASUK ORANG YANG GEMAR BERMAIN TOGEL,SETELAH SEKIAN LAMANYA SAYA BERMAIN TOGEL AKHIRNYA SAYA MENEMUKAN NOMOR SEORANG PERAMAL TOGEL YANG TERKENAL KEAHLIANNYA DI SELURUH DUNIA,NAMANYA
    KIYAI_PATI DAN SAYA BENAR BENAR TIDAK PERCAYA DAN HAMPIR PINSANG KARNA KEMARIN ANGKA GHOIB YANG DIBERIKAN OLEH KIYAI 4D DI PUTARAN SGP YAITU 0106 TERNYATA BETUL-BETUL TEMBUS. SUDAH 2.KALI PUTARAN SAYA MENAN BERKAT BANTUAN KIYAI
    PADAHAL,AWALNYA SAYA CUMA COBA COBA MENELPON DAN SAYA MEMBERITAHUKAN SEMUA KELUHAN SAYA KEPADA KIYAI_PATI DISITULAH ALHAMDULILLAH KIYAI_PATI TELAH MEMBERIKAN SAYA SOLUSI YANG SANGAT TEPAT DAN DIA MEMBERIKAN ANGKA YANG BEGITU TEPAT..,MULANYA SAYA RAGU TAPI DENGAN PENUH SEMANGAT ANGKA YANG DIBERIKAN KIYAI ITU SAYA PASANG DAN SYUKUR ALHAMDULILLAH BERHASIL SAYA JACKPOT DAPAT 500.JUTA,DAN BETAPA BAHAGIANYA SAYA BERSUJUD-SUJUD SAMBIL BERKATA ALLAHU AKBAR…..ALLAHU AKBAR….ALLAHU AKBAR….SEKALI LAGI MAKASIH BANYAK YAA KIYAI,SAYA TIDAK AKAN LUPA BANTUAN DAN BUDI BAIK KIYAI, BAGI ANDA SAUDARAH-SAUDARAH YANG INGIN MERUBAH NASIB SEPERTI SAYA TERUTAMA YANG PUNYA HUTANG SUDAH LAMA BELUM TERLUNASI SILAHKAN HUBUNGI KIYAI_PATI DI NOMOR HP: 0852_1741_5657

    BalasHapus

 
Majalah Al-Ittihad © 2013. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top