Bupati Tuban, Fatkhul Huda sesaat setelah diwawancarai oleh reporter Al-Ittihad (23/12). (Foto:Lisa) |
Al-Ittihad,
edisi 2 - Tidak bisa dipungkiri, Kabupaten Tuban merupakan salah satu
produsen toak di Provinsi Jawa Timur. Banyak yang menganggap minuman ini
merupakan salah satu ciri khas keberadan kota Tuban. Kondisi ini tentu berbeda
dengan slogan yang baru-baru ini disuarakan oleh Bupati Tuban KH. Fatkhul Huda,
‘Tuban Bumi Wali’.
Di sisi lain, rasanya
juga tidak berlebihan, Tuban menmggunakan slogan itu. Apalagi, tercatat banyak
wali pernah dengan getol mensyiarkan Islam di kota ini. Atas kondisi
itu, tim reporter Al-Ittihad berkesempatan berbincang langsung dengan Bupati
Tuban, KH Fatkhul Huda, di kantor beliau, Senin (23/12) siang.
Menurut Fatkhul
Huda, tidak selayaknya Tuban menerima julukan sebagai kota toak. Menurut beliau
itu adalah masa lalu dan kurang pantas dijulukkan kepada kota yang pernah
disinggahi oleh ratusan wali itu. Bahkan, berdasakan informasi yang ia terima, ratusan
wali pernah ada di kota Tuban.
“Memang dulu
Tuban terkenal dengan toaknya. Tapi kan rasanya kurang pantas kota yang pernah
didiami banyak wali mendapatkan julukan seperti itu. Pernah dengar ceritanya
kyai Murtaji, beliau adalah salah satu wali besar yang ada di kota ini. Bahkan Shultonnya
Ulama juga pernah berada di kota ini, yaitu Sunan Bonang. Itu bukti
nyata Tuban sebagai bumi wali. Makanya atas saran dari sejumlah ulama, saya
menanamkan slogan, Tuban sebagai bumi wali,” jelas bupati panjang lebar.
Atas slogan
itu, secara birokratif pihaknya menginginkan lingkungan Tuban benar-benar
bernuansa wali. Sehingga slogan ‘Tuban Bumi Wali’ bukan hanya ranah tekstual
saja, melainkan juga bisa diaktualisasikan dalam kehidupan nyata. Langkah vital
yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Tuban untuk menanamkan Tuban sebagai bumi
wali adalah dengan menghilangkan sumber-sumber kemaksiatan secara bertahap di
kota ini.
“Secara
birokratif saya sudah perintahkan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) untuk menutup
tempat-tempat kemaksiatan, menutup pabrik toak. Selain itu, saya juga perintahkan
semua kantor pemerintahan harus terpasang hiasan kaligrafi. Kita juga tahu,
saat masuk Tuban ada gapura dengan corak religi. Itu semua adalah langkah
menuju ke arah situ,” tegasnya.
Ia kembali
menegaskan, dengan melihat sejarah Tuban, maka idealnya kota ini harus
benar-benar memiliki budaya Islam lebih kental. Sebagai penerus perjuangan wali,
masyarakat Tuban harus berani mencurahkan tenaga dan pikiran untuk mewujudkan
tujuan mulia itu. Bukan justru sebaliknya, masyarakat larut terhadap hal-hal
negatif yang memang kebetulan ada di Tuban, seperti toak.
“Kita harus
meneruskan perjuangan wali yang pernah ada. Jangan sampai perjuangan
beliau-beliau itu tidak ada yang menyambungnya. Ya salah satu caranya ya itu tadi,
kita jangan menganggap Tuban sebagai kota toak. Sebaliknay kita harus berani menegaskan
bahwa Tuban adalah bumi wali,” terang bupati kharismatik ini.
Terkait dengan
hal itu juga, bupati berharap masyarakat Tuban akan lebih mengenal dan
mencintai wali. Sehingga kondisi itu akan memberikan keberkahan tersendiri
terhadap masyarakat secara keseluruhan. Selain itu, dengan slogan ini
masyarakat dan pemimpin Tuban juga akan mampu belajar terhadap nilai-nilai yang
dianamkan oleh para wali di kota ini. (Nia/Halisyah/Tsalisa-Isma)
tuban kota pilll koplo.....apa lagi di daerah kotanya las vegas cuy.... kota tuban....
BalasHapus