Al-Ittihad
Lautan ilmu terhampar dari wujudmu
Indah nan syahdu menembus lorong-lorong berliku
Tebarkan benih-benih dalam ladang tandus
Temaram malam pun silau oleh belaianmu
Intan permata tak cukup menggantimu
Hidangkan sejuta kesejukan
Andai saja semua tahu
Dalam ketiadaan engkau selalu ada

Riak-riak gelombang
Embuskan amarah mata badai
Nan jauh disana telah menunggu sang fajar
Gemulai melangkah teriring dengan ceceran darah
Korban dari goresan kemunafikan
Untukmu yang dulunya terselimuti angkara murka
Hadirkan rintihan menyayat hati
Luluh lantah oleh coretan jemari-jemari mungil
Adakah yang bisa membendungnya
Hujan pasti akan meleleh dengan sendirinya

Kicau-kicau yang sumbang
Entah mengapa selalu saja nyaring terdengar
Bisikkan syair-syair kerinduan
Endapkan luka dalam setiap dada
Sampai kapan
Ambillah
Rengkuhlah
Ajarkanlah
Nyanyian itu tak akan pernah tenggelam oleh sang malam

Deru-deru kehidupan
Engkau suguhkan dalam kanvas lusuh tak bertepi
Nyatakan ruang-ruang yang tak pernah terjamah
Gemulai meniti setiap jengkal lantai berlapis kaca
Anggun jiwamu kobarkan genderang perang
Nestapa akan menjadi kenangan

Kawanan penyamun
Enyahlah dari jalan setapak ini
Raga tak akan pernah goyah hanya karena cemetimu
Entah sudah berapa kali kau mencobanya
Namun akan selalu sama, berakhir dengan getir senyummu
Dalam akhir kisahnya
Angin akan luluh-lantahkan hati bajamu
Hujan akan meratapi tangis sesalmu
Ambillah, ambillah semua itu untukmu
Neraka telah menunggumu disana

Hujan tangis mulai mereda
Akan terganti dengan lembut sinar sang mentari
Teruskan pesona yang semakin mewarna
Inilah rumahmu, yang tetap tak akan pernah berdinding


Oleh : Bledeg Biru

0 komentar Blogger 0 Facebook

Posting Komentar

 
Majalah Al-Ittihad © 2013. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top